Thursday, May 17, 2018

Puisi Alih Wahana

Sedikit bercerita, saya pernah mengikuti Kelas Menulis Puisi yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Jalanan Karawang. Pematerinya bernama Dian Hartati, ia adalah seorang penyair dan sudah mempublikasikan tiga buku puisi salah satunya berjudul “Upacara Bakar Rambut”.
Pada pertemuan ketiga, membahas bagaimana cara menulis puisi dengan menggunakan media lain lalu ditransformasikan ke bentuk puisi, yang disebut Alih Wahana. Seperti yang pernah di katakan Sapardi Djoko Damono dalam bukunya (Damono, 2005:96), bahwa karya sastra tidak hanya bisa diterjemahkan yakni dialihkan dari satu bahasa ke bahasa lain, tetapi juga dialih wahanakan, yakni diubah menjadi jenis kesenian lain. Kegiatan di bidang ini akan menyadarkan kita bahwa sastra bergerak kesana kemari, berubah-ubah unsurnya agar bisa sesuai dengan wahananya yang baru.
Dapat diambil kesimpulan bahwa puisi tidak hanya dibuat melalui emosi penyair tapi juga dapat dibuat dari karya seni lain. karena setiap karya seni memiliki makna dan kita dapat mengeksplorasinya kembali melalui keindahan dari larik-larik sebuah puisi. Dari setiap peserta di kelas menulis puisi diwajibkan membuat puisi di setiap pertemuan. Biasanya, diberi batas waktu tiga puluh menit dalam proses pembuatannya.
Perustakaan Jalanan Karawang telah menyediakan beberapa lukisan untuk dialih wahanakan. Pemateri memberi perintah untuk membuat puisi alih wahana melalui media dua dimensi yaitu lukisan. Beginilah salah satu bunyi puisi yang saya buat di kelas menulis puisi.

Lukisan Kupu-kupu
aku lahir
bukan melalui metamorfosis
bukan juga ulat yang jadi kepompong

aku lahir
lewat goresan pensilmu
kamu Tuhanku, yang kusebut pelukis Agung
rimbun rambut di tubuhku
bermandikan sayap gradasi pena

Alif, izinkan aku berdosa
lukiskan satu yang sepertiku
agar aku bisa rasakan cinta

Dea Ramadhan Putri
Karawang, 20 April 2018

No comments:

Post a Comment